Wednesday, November 18, 2009

The Bicycle with Color of Happiness

Last Story

Hah…capenya…. Tapi aku punya prinsip gak boleh menangis terus! Dhion berlaku seperti biasa hari ini. Dia nginsengin aku, ngeledek aku, macam-macamlah. Pokoknya yang hal-hal yang buat orang kesal!

Hari ini aku harus membantu guru untuk menempelkan pamflet. Tiba-tiba, Dhion menghampiriku. “Vena! Kenapa lu berjalan terhuyung-huyung begitu? Jelek banget tau! Hahaha....” kata Dhion sambil mengejekku. “ Soalnya gw disuruh nempelin pamfelt sama guru. Udah gitu disuruh ngerjainnya sendirian lagi! Bantuin gw dong!” “Ok deh!” “Ha? Tumben nurut…” “Soalnya kalo dikerjain berdua bisa lebih cepat selesai sih dan…menyenangkan ya?”

Hmm… begitu sadar, aku sudah sangat menyukainya. Dhion selalu ada disampingku. Aku ingin selalu bersamanya. Bisa bersamanya, akankah bahagia? Aku sungguh berpikir kalo kenangannya bisa ku ganti dengan warnaku. Tapi…

Akhirnya tugas yang diberikan guruku selesai. Dhion pergi untuk mengikuti klub bolanya. Aku sendirian di kelas. Waduh! Gimana nih? Padahal aku berprinsip gak gampang nangis, tapi kenapa air matanya ngalir terus? Udah gitu mikir yang aneh-aneh.

“ Payah nih. Aku ini ngapain sih? Habisnya… kalo ku katakan ‘ingin berada selalu di sisimu‘ semuanya akan lenyap. Kalo hancur, aku harus gimana? Aku takut!” omelku pada diriku sendiri.

Aku melihat ke luar jendela kelas, disana masih ada sepeda Dhion. Aku pun berlari untuk menghampiri sepedanya.

Bisa bersamanya, banyak mengobrol sangat menyenangkan. Tapi… Hal yang sebenarnya ingin kutanyakan jadi gak bisa kukeluarkan. Aku gak bisa mengatakan hal terpenting yang aku inginkan. Aku merasa gak boleh mengatakannya. Soalnya, aku takut waktu kebersamaan dengannya akan hilang.

Aaahh…. begitu yaa… makanya aku mengalihkan pandanganku. Walau dengan begitu perasaanya gak bisa berubah menjadi warnaku. Aku gak boleh begini terus. Aku sudah memutuskan unutuk mengubah warna kenangannya menjadi warnaku.

Sekarang aku berada di depan sepeda Dhion. Aku kaget karena dari belakangku terdengar suara yang memanggil namaku. Ternyata, dia adalah Dhion. Nafasnya tampak terengah – engah. Dia bilang dia khawatir dan terus mencariku. Aku terdiam.

“ Memalingkan pandanganku saja gak akan memulai apa pun. Bisa bersamanya saja dan berada di sisinya saja tentu gak akan membuatku bahagia. Biarpun aku takut, aku gak boleh lari! Kebahagiaan yang sesungguhnya harus dengan jelas dan didapatkan dengan saling berhadapan muka langsung.” Kata hatiku. Aku pun memulai pembicaraan.

“ Dhion, lu masih ingat nggak tentang pembicaraan kita waktu itu. Lu bilang lu gak tau dengan arti ‘spesial’ sesungguhnya. Tapi gw tau! ‘Spesial’ bagi gw itu adalah saat gw merasa senang berada di sisi seseorang, saat gw merasa gw dibutuhkan, saat gw memiliki sesuatu yang berharga. Semuanya ada karena orang ‘spesial’ itu ada bagi gw. ‘Spesial’ bagi gw semuanya terikat dengan ‘perasaan’.“ jelasku panjang lebar. Setelah aku berbicara seperti itu, tangan Dhion meraih dan memelukku.

Dhion berbicara di dekat telingaku, “Dalam hati selalu…. Vena adalah Vena dan lu gak bisa digantikan siapapun. Hal itu sudah sejak lama gw rasakan. Lu memang bukan ‘spesial’ bagi gw tapi lebih dari itu. Gw berpikir bisa melupakan Retha. Sebabnya adalah gw ingin menjadikan Vena orang yang terpenting untuk gw. Vena… Vena… naiklah! Naiklah ke boncengan di belakang sepedaku!”

Mendengar perkataan Dhion, aku menangis separah-parahnya di pundak Dhion. Aku bertanlya sekali lagi, “Apa gw boleh diboncengin lu?” “Ya! Gw menyukai lu… Maaf ya gw gak mengatakannya dengan jelas. Terima kasih untuk perasaan lu. Hanya lu seorang saja yang gw suka.” kata Dhion mengakhiri pembicaraan. Kami pun pulang bersama menaiki sepeda Dhion.

Aku selalu berpikir…. agar seperti harapanku…. alangkah baiknya kalo Dhion pun memiliki perasaan yang sama sepertiku. Perasaanya tentang anak itu…. mungkin gak bisa menghilang dengan sempurna. Tapi, diatasnya dengan perasaan baru kami berdua…. harusnya bisa mengubah warna yang telah ada dengan dua warna kami.

Oo00oO

Tiba saatnya ulang tahun Dhion. Aku ini emang malu-maluin yaa… Bisa-bisanya telat dihari yang sepenting ini. Untung aja Dhion ngejemput aku. Jadinya aku gak perlu setengah mati lagi lari ke sekolah.

Oh ya! Dhion beli sepeda baru lho! Karena sepedanya yang lama spare partnya sudah lapuk, udah gitu ngeluarin suara ‘gubrak’ lagi. Seperti biasa Dhion menjuluki aku ‘Tukang bangun kesiangan’. Padahal khusus hari ini alasan aku bangun kesiangan adalah…. HADIAH!!!!!

“Ini kado buat lu. Selamat ulang tahun ya! Jangan terlalu berharap ya! Tapi gw udah berusaha mati-matian kok.” kataku. Dhion tiba-tiba kaget dan memberhentikan sepedanya secara tiba-tiba juga. Hugh… sifat Dhion gak berubah-berubah.

“Terima kasih! Gw buka ya. Kue!!! Nyam nyam nyam.. Wah enak! Lho kok kaya ada rasa hangat ya?.” kata Dhion.”Iya dong! Soalnya aku buatnya pagi ini!” “Ooh pantes aja pagi…. HEH???? PAGI??? Pantesan lu telat!” “Hahaha… Nyantai dikit dong MAS ngomongnya! Gw ingin sedapat mungkin memberikannya selagi hangat. Haha…”

Dhion tertawa terbahak-bahak melihat ekspresiku. Lalu dia bilang dia ingin satu hadiah lagi. Tiba-tiba, Dhion memelukku. Emang ya si Dhion itu orangnya ‘Tukang tiba-tiba’. Sambil tertawa Dhion berkata “Wah, kalo begini sih beneran telah juga gak apa-apa… nah ayo kita pergi dengan kekuatan penuh dari KUE! Hahaha….”

Kami pun melanjutkan perjalanan kami ke sekolah. Sambil diboncengi oleh Dhion aku berkata, “Hei! Sepeda baru lu ini warnanya bagus ya… gw suka warna biru langit.” “Gw tau! Makanya gw pilih warna ini ‘Nona tukang bangun kesiangan’!!” “Warna biru langit itu seolah bermandikan cahaya matahari dan kalo melihatnya membuat perasaan jadi bahagia yaa…” “Ooh begitu ya.. Sekarang gw emang bahagia karena ada ‘Nona tukang bangun kesiangan’ di sisi gw.” “Iya ya… mungkin karena ada ‘Tukang tiba-tiba, Tukang cerewet, Tukang iseng’ di sisi gw makanya gw merasa sangat bahagia..” “Kok perasaan ‘Tukangnya’ gw banyak banget sih?! Ya.. terserah lu dah.. Apa aja juga boleh. Hahaha..”

Akhirnya tugasku selesai. Warna itu akan selalu berada di hati kami berdua. Kenangan dari sepeda itu awalnya emang pahit dan asam.Tapi… pasti kami berdua akan mengubahnya menjadi lebih dan lebih manis lagi.

Oo00oO

No comments:

Post a Comment